Warga Surabaya saat ini tengah heboh oleh serangan serangga tomcat
atau kumbang rove yang memiliki racun penyebab luka pada kulit
manusia.
Hingga saat ini tercatat 13
kecamatan di Kota Surabaya yang terkena dampak dari serangan tomcat.
Akibatnya Sekitar 13 puskesmas kecamatan di Surabaya pun mulai
kebanjiran pasien yang terkena serangan serangga tomcat.
Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL)
Kementerian Kesehatan RI, Tjandra Yoga Aditama menjelaskan bahwa kulit
yang terkena gigitan dari serangga tersebut biasanya akan terasa panas
dalam waktu singkat.
Setelah 24 jam hingga 48 jam kemudian akan
muncul gelembung pada kulit yang lebih menyerupai lesi seperti akibat
terkena air panas atau luka bakar. Dia juga mengatakan bahwa gigitan
dari kumbang tersebut juga bisa menimbulkan lesi pada mata dan
menyebabkan conjunctivitis atau disebut dengan Naerobi's Eye.
Namun
demikian, pada beberapa kasus yang jarang terjadi gigitan kumbang
tersebut tidak menimbulkan gejala kulit yang berarti. "Penyakit yang
ditimbulkan pada manusia adalah dermatitis contact irritan akibat racun
paederin yang ada di dalam tubuh si kumbang kecuali di sayap," katanya.
Dermatitis tambah dia, terjadi bila bersentuhan secara langsung
dengan serangga ini, atau secara tidak langsung, misalkan melalui
handuk, baju atau barang lain yang sudah tercemar oleh racun panderin.
Sementara
itu, untuk menghindari terjadinya penyakit kulit akibat terkena tomcat,
maka ada beberapa langkah yang harus dipenuhi. "Jika menemukan serangga
ini, jangan dipencet, agar racun tidak mengenai kulit. Masukkan saja ke
dalam plastik dengan hati-hati lalu buang ke tempat yang aman,"
katanya.
Langkah berikutnya adalah segera mencuci bagian tubuh
yang bersentuhan dengan serangga itu menggunakan air dan juga sabun.
"Kompres kulit dengan cairan antiseptik dingin bila sudah timbul lesi
seperti luka bakar," katanya.
Bila gejala terus berlanjut dan
kondisi tubuh semakin memburuk, maka orang yang bersentuhan dengan
serangga tersebut harus segera mendatangi fasilitas kesehatan terdekat.
Dia merinci, tomcat biasanya disebut sebagai semut semai atau semut
kayap.
"Serangga ini digolongkan pada ordo cleopatra atau
kelompok kumbang dan sub ordo rove beetle atau kelompok kumbang kecil
dan merupakan jenis spesies Paederus Littorarius," katanya.
Dia
menambahkan, tomcat memiliki panjang sekitar satu centimeter dengan
badan berwarna oranye dan memiliki bagian bawah abdomen, serta kepala
berwarna gelap.
"Dia memiliki sepasang sayap namun tersembunyi,
sepintas mirip dengan semut namun bila tengah merasa terancam, akan
menaikkan bagian perut atau abdomen sehingga nampak seperti
kalajengking" katanya.
Tomcat, tambah dia memiliki total 622
spesies yang menyebar di seluruh dunia. Spesies di Indonesia yang
menyebabkan dermatitis adalah Paederus peregrines.
"Pernah
dilaporkan menimbulkan wabah dermatitis di Australia, Malaysia,
Srilangka, Nigeria, Kenya, Iran, Afrika Tengah, Uganda, Argentina,
Brazil, Prancis, Venezuela, Ekuador dan India," katanya.
Tempat
yang disukai tomcat adalah yang lembab dan di antara tanaman seperti
padi dan jagung. "Tomcat itu merupakan salah satu predator hama wereng
yang kerap mengganggu tanaman pangan, karena itu Tomcat sebenarnya
berguna untuk membantu para petani," katanya.
Akan tetapi dalam
tiga hingga empat tahun terakhir telah dilaporkan adanya gangguan
kesehatan pada manusia. Dia juga mengatakan, sebenarnya serangga
tersebut bersifat kosmopolitan, artinya bisa berada di mana saja baik di
daerah yang lembab, lantai tanah maupun keramik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar